I can't fight this feeling

weheartit


Aku sedang duduk di foodcourt sebuah mall siang itu, menghabiskan novel yang baru saja kubeli dua hari yang lalu sambil menanti salah satu kawan saya, kami punya janji makan siang. Lolita dari Vladimir Nabokov, sebuah novel yang sudah dua kali di filmkan, yang menceritakan sepotong kisah cinta yang cukup tragis, tetang seorang laki-laki paruh baya yang terobsesi dengan gadis remaja. Bahasanya agak sulit dicerna menurutku, mungkin karena novel terjemahan. Tips dari saya yang sudah sering membeli buku terjemahan, lebih baik membeli buku aslinya daripada terjemahan. Karena terkadang bahasa dari penerjemah beda sama tulisan aslinya, namanya juga terjemahan. Sudah beberapa jam aku disitu dengan segelas minuman dingin yang telah kutandaskan dan tetap mengunyah permen karet, dan masih berkutat dengan bagian satu. Mungkin karena separuh otakku menyesap tulisan dalam novel Nabokov, dan separuh lainnya masih melayang jauh. Saya berada di barisan mereka yang belum move on. Mari tertawai saya!!

Jam tangan yang melingkar manis di pergelangan kiriku menunjukkan pukul 2.15. Sebuah pesan baru di ponselku. Ah, ternyata kawan saya baru bisa menemui saya pukul 3.15. Itu artinya satu jam lagi. Oke, perut saya mungkin sudah bunyi, tapi nggak mungkin makan duluan. Lalu apa yang harus saya perbuat dalam kurun waktu satu jam? Saya memutuskan untuk mengambil langkah seribu dari situ, jalan-jalan. Namanya juga mall, pasti banyak yang bisa dilihat. Tapi ternyata, aku menyesal harus meninggalkan foodcourt kala itu.

Saya menyusuri eskalator menuju lantai tiga. Sepasang anak manusia berdiri di depan saya, laki-laki dan perempuan. Si laki-laki mengamit pinggang si perempuan, tak henti-hentinya si laki-laki mencium rambut si perempuan. Sepertinya rambutnya wangi permen karet, sampai dia tak bosan menciumnya. Lalu kutengok sebuah kedai kopi, pasangan yang lainnya sedang saling menatap, sepertinya ada surga firdaus di mata si perempuan. Pasangan yang lainnya sedang asyik mengobrol, entah apa tapi sepertinya mereka tengah berbahagia. Kulihat juga pasangan lainnya yang sedang berjalan saling bergandengan tangan, langkah mereka seperti diseret, seperti ada rasa cinta yang mengental hingga jalan mereka sedikit lebih berat. Saya tersenyum melihat semuanya, dengan miris. Hehehe. Perjalanan yang lumayan buruk yaa.

"Heh. Lu dipanggilin daritadi kagak noleh-noleh. Katanya nunggu di foodcourt gue cariin kagak ada."seseorang mengagetkanku, menepuk bahuku. Ah, kawanku sudah datang rupanya, senyumku mengembang, kulirik ternyata sudah pukul 3.15. Mengamati sekitar ternyata cukup membuang waktu yaa. Hihihihihi.

"Lu? Sorry, abis lu lama banget sih. Yuk, cari makan. Gue udah laper, cyin."ajakku sambil mengamit lengannya. 

Saya merindukan kawan saya yang satu ini, sekedar informasi, dia habis tunangan. Sebuah cincin melingkar manis di jari manisnya. Yaa, setiap orang memang punya ceritanya masing-masing.

Kutengok ponsel, tak ada lagi pesan masuk yang mengundang senyum dan mengandung rindu. Saya kembali menjalani hidup sendiri.

I can't fight this feeling anymore'nya Reo Speedwagon mengalir lembut..


I can't fight this feeling any longer. 
And yet I'm still afraid to let it flow. 
What started out as friendship, 
Has grown stronger. 
I only wish I had the strength to let it show. 

I tell myself that I can't hold out forever. 
I said there is no reason for my fear. 
Cause I feel so secure when we're together. 
You give my life direction, 
You make everything so clear. 

And even as I wander, 
I'm keeping you in sight. 
You're a candle in the window, 
On a cold, dark winter's night. 
And I'm getting closer than I ever thought I might. 

And I can't fight this feeling anymore. 
I've forgotten what I started fighting for. 
It's time to bring this ship into the shore, 
And throw away the oars, forever. 

4 komentar: