APEC, Surabaya, Karapan Sapi, Malam Minggu

"pake baju apa, ya?"
*bongkar-bongkar lemari*

go sapi go sapi go!!

Oke, saya bukan mau kencan atau nge-date apalah itu istilahnya, saya memang sedang bingung pake baju apa saya mau ke daerah yang dekat dengan pantai. Meskipun saya cuek pol-pol'an tapi saya tetep harus jaga kulit dong biar ngga gosong kena panas. Hari itu Sabtu, 13 April 2012. Beberapa hari yang lalu sahabat saya Anita mengajak saya ke Kenjeran, pantai yang terkenal di Surabaya. Orang Surabaya mana yang tak tahu Kenjeran? Nama itu begitu keramat di telinga anak muda Surabaya, fungsinya pun banyak berubah, dari tempat wisata pantai menjadi tempat wisata yaaa.. if you know what I mean. Tapi bukan itu yang mau saya tulis sekarang.

Beberapa hari kemarin, bahkan mungkin hingga tanggal 21 April besok, Surabaya dapat gawean sebagai tuan rumah APEC (Asia-Pasific Economic Cooperation) dan pengguna jalan Raya Embong Malang mungkin harus sedikit bersabar karena jalan ini akan padat merambat karena sekitar sepanjang 500 m sengaja di contra flow yaitu Dishub melakukan rekayasa arus lalu lintas untuk memperlancar transportasi peserta APEC, tujuannya untuk memudahkan mobilitas peserta APEC antara Hotel Sheraton dengan Hotel JW Mariot yang sama-sama berlokasi di Jalan Embong Malang, karena kegiatan ini memang banyak dipusatkan di dua hotel tersebut.

Nah, Karapan Sapi kali ini memang disuguhkan bagi peserta APEC. Bukan pengen ketemu bule atau sapi, sih, tapi buat saya yang belum pernah melihat Karapan Sapi secara langsung, saya begitu excited ketika Anita mengajak saya menonton acara yang satu ini. Sekitar 60 menit dari kawasan rumah, berbekal satu botol air mineral (oke, masalah beginian memang harus diperhatikan, karena saya ngga mau ribet beli minum kalo lagi haus) dan tanki bensin yang full kami sampai di kawasan Pantai Ria Kenjeran sekitar setengah tiga sore dan acara memang belum dimulai, setelah membayar tiket masuk yang hanya Rp 5.000 kami menemui dua kawan kami yaitu Wuri dan Maya yang reporter salah satu stasiun televisi swasta yang sedang mewawancarai narasumber.

Ada 4 (empat) peserta yang mengikuti kegiatan ini, satu peserta membawa satu pasang sapi, semuanya berwarna cokelat, untuk khusunya saya nggak seberapa paham jenis sapi apa yang dipakai untuk Karapan Sapi. Tapi sedikit cerita, Karapan Sapi yang merupakan tradisi dari Pulau Garam atau yang lebih terkenal dengan Madura merupakan tradisi, pesta, juga prestise rakyat Madura yang mengangkat martabat. Eh jangan salah dulu, kegiatan ini sama sekali tidak mengandung kekerasan terhadap hewan. Karena menurut sejarah, maksud awal diadakannya Karapan Sapi adalah untuk memperoleh sapi-sapi yang kuat untuk membajak sawah yang merupakan mata pencaharian penduduk Madura kala itu.

Sebelum acara Karapan Sapi dimulai, sapi-sapi harus melakukan kirap yaitu mengarak sapi melintasi arena dengan tujuan agar sapi mengenal lintasan yang akan dilalui nanti, kirap ini diiringi oleh musik yang diberi nama saronen. Setelah itu baru deh, sapi-sapi boleh bertanding. Dari pengamatan saya sih ada empat babak yang berlangsung kala itu. Babak pertama seluruh sapi diadu kecepatannya tapi dikelompokkan dua pasang untuk menemukan yang menang dan kalah dari setiap pasang. Babak kedua sapi yang kalah beradu dengan yang kalah dan yang menang beradu dengan yang menang. Babak ketiga sapi yang menang pada masing-masing kelompok tadi diadu untuk menentukan juara I dan II dan babak keempat menentukan juara III. Memang agak sedikit berbeda setahu saya dari Karapan Sapi pada umumnya yang pernah saya baca, atau mungkin karena pesertanya cuman empat. 

musik saronen
kirap sapi

Di tengah-tengah acara, kami juga disuguhkan oleh sebuah tarian yang katanya sih menggambarkan betapa gagahnya sapi-sapi yang mengikuti perlombaan. Namanya juga hewan, sebelum bertanding ada beberapa sapi yang sempet "ngambek" dan ngamuk hingga perlombaan memang harus sengaja ditunda beberapa menit menunggu si sapi lebih tenang. Oh, ya di sepanjang acara juga ada musik gamelan asal madura. 

tarian karapan sapi

gamelan madura


Begitulah, kalau dipikir-pikir saya nggak bakal deh main-main ke kenjeran kalau nggak ada acara semenarik ini. Hehehe. Saya sebenernya juga sempet pose sama si sapi tapi sayangnya ada di camdig'nya Anita, jadi ngga bisa pamer di sini hiks.

Semoga acara-acara tradisi semacam ini selalu mendapat perhatian dari rakyat Indonesia khususnya anak-anak muda jaman sekarang yang mulai terkontaminasi dengan tradisi atau budaya-budaya barat, korea dan sebagainya. Yaa, nggak mau kan ada satu tradisi kita yang di'claim (lagi) oleh negara lain? :)))

Surabaya, 2013


source: 
- Suara Surabaya fm